Zidan Siap? Pak Haji Siap?
Pagi ini seperti biasa dimulai dengan hal-hal positif.
Bangun, ngulet-ngulet, nyari kacamata, buka line tudei.
*Scroll... Scroll...*
Kaget aku.
"Diam-diam Teddy Gandeng 10 Pengacara, Urus Warisan Lina Senilai Rp. 10 M"
Kenapa harus diam-diam? Kenapa harus 10 pengacara? Bagaimana cara menggandengnya itu 10 orang? Kenapa pula ini urusan rumah tangga bisa masuk line tudei?
Aku termenung. Lalu tersadar.
Ah iya.. Ini di Indonesia.
Setelah scroll cukup jauh, aku capek.
Iya, ngescroll line tudei aja capek. Gak ada yang menarik, isinya clickbait semua. Akhirnya aku pindah pindah ke sumber berita selanjutnya. Twitter.
Cluk! Muncul 1 artikel dari salah satu media online.
"Bertemu Jokowi, Belanda Menyesal Pernah Sengsarakan Indonesia"
Nah ini. Seru ini pasti. Bagian komennya.
"Hanya di rezim ini Belanda mau minta maaf"
Walah...
Kemudian ada yang mbalesi,
"Negara-negara lain yang pernah menjajah sudah lebih dulu minta maaf di era Soeharto, bung! Jangan terlalu bangga dengan pemimpinmu."
"Iya! Jaman Soeharto dulu Indonesia dibuat menjadi macan asia, semua negara tunduk! Sekarang? Macan Cisewu! Hahaha"
"Lalu kapan C*na mau minta maaf? Sampai sekarang menjajah kita dan pemimpinmu diam saja. Bahkan separuh pulau Kalimantan mau dijual ke C*na untuk pembangunan ibu kota baru!"
"Ini sebabnya Ani*s harus mengambil alih pemerintahan di 2024 nanti! Jangan sampai jatuh ke tangan pembela k*fir penjilat C*na!"
Double walah...
Aku takut. Untuk seekor kelinci kecil sepertiku, komen-komen ini begitu dewasa, menegangkan, menakutkan. Aku mau bobo lagi.
Di dalam alam bawah sadar aku terhenyak, membayang..
Meluruskan tiang-tiang kusut. Tiang yang seharusnya besar dan kokoh, namun masih tetap bisa kusut.
Kalau begini, sepertinya lebih baik kembali ke jaman penjajahan.
Raga dan harga memang luntang-lantung, tapi hati kita agung.
Berjuang karena cinta terhadap satu, bukan berjuang satu-satu.
Di jaman penjajahan dulu kita semua sama.
Tidak pernah terlontar kata "dasar kamu kafir-cebong-kadrun-unta-komunis!".
Ras kita satu, ras manusia.
Agama kita satu, agama cinta kasih.
Adat kita satu, adat Indonesia.
Tidak ke-barat-an, tidak ke-arab-an, tidak per-alir-an.
Triple walah...
Dipikirin kok ya jadi sedih sendiri. Dah lah. Aku gak kuat, mamah...
Berharap aja ada lorong waktu, biar kita inget rasanya bersatu.
Bangun, ngulet-ngulet, nyari kacamata, buka line tudei.
*Scroll... Scroll...*
Kaget aku.
"Diam-diam Teddy Gandeng 10 Pengacara, Urus Warisan Lina Senilai Rp. 10 M"
Kenapa harus diam-diam? Kenapa harus 10 pengacara? Bagaimana cara menggandengnya itu 10 orang? Kenapa pula ini urusan rumah tangga bisa masuk line tudei?
Aku termenung. Lalu tersadar.
Ah iya.. Ini di Indonesia.
Setelah scroll cukup jauh, aku capek.
Iya, ngescroll line tudei aja capek. Gak ada yang menarik, isinya clickbait semua. Akhirnya aku pindah pindah ke sumber berita selanjutnya. Twitter.
Cluk! Muncul 1 artikel dari salah satu media online.
"Bertemu Jokowi, Belanda Menyesal Pernah Sengsarakan Indonesia"
Nah ini. Seru ini pasti. Bagian komennya.
"Hanya di rezim ini Belanda mau minta maaf"
Walah...
Kemudian ada yang mbalesi,
"Negara-negara lain yang pernah menjajah sudah lebih dulu minta maaf di era Soeharto, bung! Jangan terlalu bangga dengan pemimpinmu."
"Iya! Jaman Soeharto dulu Indonesia dibuat menjadi macan asia, semua negara tunduk! Sekarang? Macan Cisewu! Hahaha"
"Lalu kapan C*na mau minta maaf? Sampai sekarang menjajah kita dan pemimpinmu diam saja. Bahkan separuh pulau Kalimantan mau dijual ke C*na untuk pembangunan ibu kota baru!"
"Ini sebabnya Ani*s harus mengambil alih pemerintahan di 2024 nanti! Jangan sampai jatuh ke tangan pembela k*fir penjilat C*na!"
Double walah...
Aku takut. Untuk seekor kelinci kecil sepertiku, komen-komen ini begitu dewasa, menegangkan, menakutkan. Aku mau bobo lagi.
Di dalam alam bawah sadar aku terhenyak, membayang..
Meluruskan tiang-tiang kusut. Tiang yang seharusnya besar dan kokoh, namun masih tetap bisa kusut.
Kalau begini, sepertinya lebih baik kembali ke jaman penjajahan.
Raga dan harga memang luntang-lantung, tapi hati kita agung.
Berjuang karena cinta terhadap satu, bukan berjuang satu-satu.
Di jaman penjajahan dulu kita semua sama.
Tidak pernah terlontar kata "dasar kamu kafir-cebong-kadrun-unta-komunis!".
Ras kita satu, ras manusia.
Agama kita satu, agama cinta kasih.
Adat kita satu, adat Indonesia.
Tidak ke-barat-an, tidak ke-arab-an, tidak per-alir-an.
Triple walah...
Dipikirin kok ya jadi sedih sendiri. Dah lah. Aku gak kuat, mamah...
Berharap aja ada lorong waktu, biar kita inget rasanya bersatu.
Comments
Post a Comment