Posts

Showing posts from March, 2020

Mata Anak Anjing

Dulu kamu rusak. Hancur. Berkeping-keping. Dulu pun aku gak peduli. Kamu gak pernah datang minta pertolongan. Kamu cuma ngeliatin aku dari jauh. Dengan mata sayu melas anak anjing. Emang dasar aku nya aja yang suka anjing. Aku dekati kamu. Aku rapihin kamu. Aku susun apa yang jatuh. Ku rekatkan apa yang lepas. Ku tambal apa yang bolong. Aku peluk kamu dari belakang. Kenceng. Saking kencengnya, tulangmu yang berlepasan menyatu kembali. Tiba-tiba kamu berbalik. Tiba-tiba aku tersadar. Kamu masih memegang pisau yang menyakitimu. Yang merusakmu, meluluh-lantakan mu. Dan aku sembrono, sehingga mata pisau itu mengenaiku. Membuatku berdarah. Aku tau kamu iba. Kamu coba nolongin. Tapi tampaknya pisau itu gak bisa lepas dari tanganmu. Semakin kamu mencoba, semakin berdarah aku. Semakin rusak, semakin hancur. Semakin compang-camping. Aku gak kuat. Aku pun teriak. Teriak sekeras-kerasnya menahan sakit. Sakit yang oleh logika bukan dari kamu. Pun bukan dari aku. Aku pergi. Aku lari. Cepat sekali a...

Zidan Siap? Pak Haji Siap?

Pagi ini seperti biasa dimulai dengan hal-hal positif. Bangun, ngulet-ngulet, nyari kacamata, buka line tudei. *Scroll... Scroll...* Kaget aku. "Diam-diam Teddy Gandeng 10 Pengacara, Urus Warisan Lina Senilai Rp. 10 M" Kenapa harus diam-diam? Kenapa harus 10 pengacara? Bagaimana cara menggandengnya itu 10 orang? Kenapa pula ini urusan rumah tangga bisa masuk line tudei? Aku termenung. Lalu tersadar. Ah iya.. Ini di Indonesia. Setelah scroll cukup jauh, aku capek. Iya, ngescroll line tudei aja capek. Gak ada yang menarik, isinya clickbait semua. Akhirnya aku pindah pindah ke sumber berita selanjutnya. Twitter. Cluk! Muncul 1 artikel dari salah satu media online. "Bertemu Jokowi, Belanda Menyesal Pernah Sengsarakan Indonesia" Nah ini. Seru ini pasti. Bagian komennya. "Hanya di rezim ini Belanda mau minta maaf" Walah... Kemudian ada yang mbalesi, "Negara-negara lain yang pernah menjajah sudah lebih dulu minta maaf di era Soe...

Sebuah Pencarian

Ditengah-tengah vlog dan podcast yang bertebaran, rasanya kuno aku masih pilih blog.  Tapi ya gimana?  Mau nge-vlog, modalnya besar. Perlu kamera, mic, dan dukungan wajah yang segar. Wajahku yang selalu nampak seperti tidur-jam-4-bangun-jam-5 ini bisa apa...  Podcast juga sama. Orang denger rekaman suara sendiri aja jijik kok, mau sok-sok bikin podcast. Huehe. Tapi semua ada masanya sih.  5 tahun lalu waktu vlog-vlog baru mulai merebak ke permukaan, aku pernah bikin channel Youtube. Bikin make up ala-ala dan cover lagu ele-ele.  Subscribernya okelah....  150 orang. Hasil dari "Subscribe channel aku yaaa... nanti disubscribe balik!"   HAHAHA Jadi fakir views. Ngemis subscribe. Tapi semua video yang pernah ku upload, gak ada satupun yang pernah aku tonton lagi. Geli sendiri rasanya. Ending-endingnya kuhapusin. Kayak, buat apa bikin sesuatu yang aku sendiri gak nyaman nikmatinnya? Podcast juga senasib.  Dulu setiap ng...