Mata Anak Anjing
Dulu kamu rusak. Hancur. Berkeping-keping. Dulu pun aku gak peduli. Kamu gak pernah datang minta pertolongan. Kamu cuma ngeliatin aku dari jauh. Dengan mata sayu melas anak anjing. Emang dasar aku nya aja yang suka anjing. Aku dekati kamu. Aku rapihin kamu. Aku susun apa yang jatuh. Ku rekatkan apa yang lepas. Ku tambal apa yang bolong. Aku peluk kamu dari belakang. Kenceng. Saking kencengnya, tulangmu yang berlepasan menyatu kembali. Tiba-tiba kamu berbalik. Tiba-tiba aku tersadar. Kamu masih memegang pisau yang menyakitimu. Yang merusakmu, meluluh-lantakan mu. Dan aku sembrono, sehingga mata pisau itu mengenaiku. Membuatku berdarah. Aku tau kamu iba. Kamu coba nolongin. Tapi tampaknya pisau itu gak bisa lepas dari tanganmu. Semakin kamu mencoba, semakin berdarah aku. Semakin rusak, semakin hancur. Semakin compang-camping. Aku gak kuat. Aku pun teriak. Teriak sekeras-kerasnya menahan sakit. Sakit yang oleh logika bukan dari kamu. Pun bukan dari aku. Aku pergi. Aku lari. Cepat sekali a...